kelebihan mengamalkan surah al-kautsar
Terjemahannya:
1.Sesungguhnya Kami telah mengurniakan kepadamu (wahai Muhammad) kebaikan yang banyak (di dunia dan di akhirat).
2.Oleh itu, kerjakanlah sembahyang kerana Tuhanmu semata-mata, dan sembelihlah korban (sebagai bersyukur).
3.Sesungguhnya orang yang bencikan engkau, dialah yang terputus (dari mendapat sebarang perkara yang diingininya).
DITURUNKAN DI MEKAH
Surah Al-Kautsar adalah surah yang ke 108 di dalam Al Quran yang bererti
kebaikan/nikmat yang banyak. Ia dinamakan Al-Kautsar kerana Allah SWT
telah mengurniakan kepada Nabi Muhammad SAW kebaikan yang banyak di
dunia dan akhirat. Surah ini paling pendek, hanya mengandungi 3 ayat
& diturunkan di Makkah dan bermaksud sungai di syurga. Kolam sungai
ini diperbuat daripada batu permata nan indah dan cantik.Rasanya lebih
manis daripada madu, warnanya pula lebih putih daripada susu dan lebih
wangi daripada kasturi.Surah ini disifatkan sebagai surah penghibur hati
Nabi Muhammad s.a.w. kerana diturunkan ketika baginda bersedih atas
kematian 2 orang yang dikasihi iaitu anak lelakinya Ibrahim dan bapa
saudaranya Abu Talib.
Fadilatnya:-
1. Sesiapa membaca Surah Al-Kautsar, maka Allah akan memberinya minuman dari sungai di syurga.
2. Baca 1000 kali, Allah SWT akan menghasilkan hajatnya termasuk rezeki dan kenaikan pangkatnya.
3.
Sesiapa yang mengamalkan membaca surah ini 7 kali semasa dalam keadaan
ketakutan, maka Allah SWT akan memberikan perlindungan terhadapnya.
4.
Memperkuat pandangan mata dan menghilangkan penyakit mata seperti
berair, gatal, bengkak. Baca surah ini sebanyak 10x pada air yang
dicampur dengan bunga mawar, disapukan pada mata setiap hari.
5.
Al Imam At Tamimi menerangkan bahawa siapa yang sering membaca surah
ini akan menjadi lunak hatinya, khusyuk hatinya dan tetap hatinya
melakukan taat kepada Tuhan.
6.
Apabila dibaca 100 kali ketika turun hujan, lalu berdoa dengan doa apa
saja dari urusan dunia dan akhiratnya, maka doanya akan segera
ditunaikan.
7.
Barangsiapa yang membacanya setiap 7 kali pada mata air yang terhenti
airnya, atau yang sedikit keluarnya, maka air itu akan melimpah keluar.
8.
Baca 1000 kali untuk menghasilkan seribu satu hajat, teristimewa dalam
urusan rezeki, harta, menuntut pangkat dan jabatan, serta maksud-maksud
yang mengandungi unsur kebaikan, maka maksudnya akan ditunaikan.
9.
Jika rumah dipercayai terkena sihir, bacalah surah ini 10 kali,
mudah-mudahan Allah SWT beri ilham pada kita dimana letaknya sihir itu.
Sebaik-baiknya usaha untuk mencari tempat sihir dan buangnya. Ayat ini
khas untuk mencari tempat sihir.
10.
Jika orang teraniaya dan terpenjara membacanya sebanyak 71 kali, Allah
SWT akan memberikan bantuan kepadanya kerana dia tidak bersalah tetapi
telah dizalimi.
11. Membacanya sebanyak 7 kali pada waktu hendak tidur, maka Allah membangunkannya pada waktu dan jam berapa yang dikehendaki.
12. Siapa yang membacanya 7 kali ketika dalam ketakutan di mana saja berada, akan dilindungi Allah kebajikannya.
Menuai Faedah dari Surat Al-Kautsar
Para pembaca yang dimuliakan oleh Allah subhaanahu wa ta’aalaa, surat ini terdiri dari 3 ayat dan tergolong surat Makkiyah (surat yang diturunkan sebelum hijrahnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ke Madinah). Penamaan surat ini diambil dari kata terakhir dari ayat pertama yaitu Al-Kautsar.
Kandungan Surat Al-Kautsar
Ayat pertama:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar.”
Apa itu Al-Kautsar? Ada 2 penafsiran di kalangan para ulama ahli tafsir tentang makna Al-Kautsar:
Pertama, Al-Kautsar adalah sebuah sungai yang berada di Al-Jannah (surga) yang Allah subhaanahu wa ta’aalaa persiapkan untuk Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Al-Imam Ibnu Katsir menyebutkan sebuah riwayat dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Suatu hari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sempat terkantuk hingga tertidur. Tiba-tiba Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengangkat
kepalanya sambil tersenyum, kemudian para sahabat bertanya kepada
beliau, ‘Kenapa engkau tersenyum wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab,
“Sesungguhnya baru saja turun kepadaku sebuah surat.” Kemudian beliau
membaca, “Bismillahirrahmanirrahim
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
sampai akhir surat, kemudian beliau berkata, ”Tahukah kalian apa itu
Al-Kautsar?, para sahabat menjawab “Allah dan Rasul-Nya saja-lah yang
lebih tahu”. Maka Rasulullah menjawab, “Dia adalah sebuah sungai yang
berada di Al-Jannah (surga) yang Allah subhaanahu wa ta’aalaa berikan kepadaku dan padanya terdapat kebaikan yang banyak.” (HR. Al-Imam Ahmad 3/102).
Kedua: Al-Kautsar berarti kebaikan yang sangat banyak. Sehingga
Al-Kautsar tidak hanya sebatas sebuah sungai yang ada di Al-Jannah
(surga), karena kebaikan yang Allah subhaanahu wa ta’aalaa berikan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sangat banyak, sebagaimana disebutkan dalam beberapa surat di Al-Qur`an. Di antaranya ialah dengan dipilihnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagai
seorang nabi dan rasul, bahkan yang terbaik di antara para nabi dan
rasul. Juga dengan diturunkannya Al-Qur`an kepada beliau, satu-satunya
dari kalangan nabi dan rasul yang diberi izin oleh Allah subhaanahu wa ta’aalaa untuk memberikan syafaat ‘uzhma di padang mahsyar,
orang pertama yang Allah beri izin untuk membuka pintu Al-Jannah
(surga), diampuninya dosa beliau yang telah lalu dan yang akan datang,
dan masih banyak kebaikan yang lainnya yang tidak terhitung. Sehingga
itu semua yang dimaksud dengan Al-Kautsar.
Makna yang kedua ini diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari rahimahullah dari sahabat Abdullah bin Abbasradhiyallahu ‘anhuma bahwa beliau berkata tentang makna Al-Kautsar, “Dia (Al-Kautsar) adalah kebaikan-kebaikan yang telah Allah subhaanahu wa ta’aalaa berikan kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam.” (Shahih al-Bukhari no. 4966)
Pendapat yang kedua ini dikuatkan oleh al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah dan
beliau tegaskan dalam kitab tafsirnya, ”Tafsir ini (tafsir Ibnu Abbas
tentang Al-Kautsar) meliputi banyak hal bahkan termasuk sungai yang
berada di Al-Jannah (surga) dan yang lainnya, dikarenakan Al-Kautsar itu
sebuah kata yang berasal dari kata al-katsrah (sesuatu yang banyak
kuantitasnya) sehingga makna Al-Kautsar adalah kebaikan-kebaikan yang
banyak. (Tafsir Ibnu Katsir) Wallahu a’lam.
Sifat Sungai Al-Kautsar
Banyak hadits yang menjelaskan tentang sifat dan ciri-ciri sungai
Al-Kautsar. Salah satunya adalah hadits dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang berisi berita tentang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam peristiwa isra` dan mi’raj bahwasanya beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketika aku berjalan-jalan mengelilingi Al-Jannah (surga)
ditampakkan kepadaku sebuah sungai yang kedua tepinya terdapat
bangunan-bangunan kubah yang terbuat dari intan berlian, kemudian
seorang malaikat yang bersama beliau mengatakan kepada beliau, “Tahukah
engkau (Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam) apa yang
sedang engkau saksikan ini? Inilah Al-Kautsar yang Allah subhaanahu wa
ta’aalaa telah persiapkan untukmu.” (Tafsir ath-Thabari 30/208)
Inilah sekilas sifat sungai Al-Kautsar yang Allah subhaanahu wa ta’aalaa siapkan untuk Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam di Al-Jannah (surga). Setelah Allah subhaanahu wa ta’aalaa menyebutkan nikmat tersebut kemudian Allah perintahkan Nabi-Nya untuk bersyukur dalam ayat yang berikutnya.
Ayat Kedua:
“Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu; dan berkurbanlah.”
Ada dua ibadah yang diperintahkan dalam ayat ke 2 ini, yaitu ibadah
shalat dan kurban. Maka shalatlah untuk Rabb-mu satu-satunya, ikhlaskan
niat, bersungguh-sungguhlah dalam melaksanakannya dan sembelihlah hewan
kurbanmu, baik berupa onta, sapi ataupun kambing, semuanya harus
diserahkan dan dipersembahkan hanya untuk Allah subhaanahu wa ta’aalaa satu-satunya.
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy rahimahullah berkata,
“Disebutkan secara khusus dua ibadah dalam ayat ini, dikarenakan
keduanya (shalat dan kurban) merupakan ibadah yang paling utama dan
paling mulia untuk mendekatkan diri kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa. Dalam shalat terkandung ketundukan hati dan perbuatan untuk Allah subhaanahu wa ta’aalaa, dan dalam ibadah kurban merupakan bentuk mendekatkan diri kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa dengan sesuatu yang terbaik dari apa yang dimiliki oleh seorang hamba berupa hewan kurban. (Tafsir as-Sa’diy hal. 936)
Hubungan Ayat Kedua dengan Ayat Pertama
Hubungan ayat kedua ini dengan ayat pertama adalah bimbingan untuk bersyukur bagi yang diberi nikmat yaitu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada sang pemberi nikmat yaitu Allah subhaanahu wa ta’aalaa.
Demikian pula pada dua ayat tersebut terdapat penjelasan bagaimana
semestinya mensyukuri nikmat, yaitu tidak hanya dengan ucapan saja,
tetapi juga dengan amalan ibadah yang terkait dengan anggota badan kita.
Arti syukur adalah nampaknya pengaruh nikmat Allah subhaanahu wa ta’aalaa atas
seorang hamba melalui lisannya dengan cara memuji dan mengakuinya;
melalui hati dengan cara meyakininya dan cinta; serta melalui anggota
badan dengan penuh ketundukan dan ketaatan. (Lihat Madarijus Salikin,
2/244)
Apabila seorang hamba mengetahui sebuah nikmat maka dia akan mengetahui
yang memberi nikmat. Ketika seseorang mengetahui yang memberi nikmat
tentu dia akan mencintai-Nya dan terdorong untuk bersungguh-sungguh
mensyukuri nikmat-Nya. (Madarijus Salikin 2/247)
Para pembaca yang dimuliakan oleh Allah subhaanahu wa ta’aalaa, ketahuilah bahwa ibadah-ibadah yang kita amalkan ataupun segala sesuatu yang kita persembahkan untuk Allah subhaanahu wa ta’aalaatidaklah sebanding dengan apa yang telah Allah subhaanahu wa ta’aalaa berikan kepada kita berupa nikmat-nikmat yang begitu banyak. Sepanjang hari kita tenggelam dalam kenikmatan yang Allahsubhaanahu wa ta’aalaa berikan.
Setiap saat kita merasakan berbagai nikmat kemudian beralih kepada
nikmat yang lain. Bahkan terkadang kita tidak membayangkan sebelumnya
akan terjadi dan mendapatkannya. Sangat besar dan banyak nikmat-nikmat
tersebut hingga tidak bisa untuk dibatasi atau dihitung dengan alat
secanggih apapun di masa kini. Semua ini tentunya menunjukkan betapa
besar karunia dan kasih sayang Allah subhaanahu wa ta’aalaa kepada hamba-hamba-Nya.
Faedah Hukum yang Terkandung dalam Ayat Kedua
Dalam ayat kedua ini terdapat dalil penting yang terkait dengan hukum
dan tata cara dalam ibadah kurban bahwa proses pelaksanaan ibadah kurban
itu dilakukan setelah shalat Idul Adha, bukan sebelum shalat.
Kesimpulan ini dilihat dari ayat yang kedua:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu; dan berkurbanlah,” disebut
shalat terlebih dahulu baru kemudian menyembelih hewan kurban. Karena
jika ibadah kurban itu dilakukan sebelum shalat maka posisi dia bukan
sebagai hewan kurban, dagingnya bukan daging kurban akan tetapi
terhitung sebagai daging sedekah biasa. Hal ini pernah terjadi di masa
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam saat salah seorang sahabat yakni Abu Burdah radhiyallahu ‘anhu menyembelih hewan kurbannya sebelum shalat Idul Adha, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Kambingmu adalah kambing untuk (diambil) dagingnya saja.” (HR. al-Bukhari no.5556 dari al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu).
Dalam lafazh lain (no.5560) disebutkan, “Barangsiapa yang menyembelih
(sebelum shalat Idul Adha), maka itu hanyalah daging yang dia
persembahkan untuk keluarganya, bukan termasuk hewan qurban sedikit
pun.”
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam
khotbah Idul Adha, “Barangsiapa mengerjakan shalat seperti shalat kami
dan menyembelih hewan kurban seperti kami, maka telah benar kurbannya.
Dan barangsiapa menyembelih sebelum shalat (Idul Adha) maka hendaklah
dia menggantinya dengan yang lain.” (HR. al-Bukhari no. 5563 dan Muslim
no. 1553)
Ayat Ketiga:
“Sesungguhnya orang yang membencimu dialah orang yang terputus.”
Ada 2 penafsiran tentang makna dari
إِنَّ شَانِئَكَ
Diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa makna dari ayat diatas adalah
1. “Sesungguhnya musuhmu.”
2. “Sesungguhnya orang yang membencimu. (Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam )”
(Tafsir ath-Thabari hal. 602)
Adapun makna الْأَبْتَرُ ialah orang yang terputus tidak memiliki
keturunan/tidak memiliki generasi penerus atau bisa diartikan tidak
adanya kelanjutan dari sisi nasab.
Disebutkan oleh al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah bahwa salah
seorang ahlul kitab yang bernama Ka’ab bin al-Asyraf ketika datang ke
kota Mekah dan bertemu dengan kaum Quraisy, lalu mereka mengatakan
kepada Ka’ab bin al-Asyraf, “Bagaimana menurutmu wahai Ka’ab tentang
orang yang tidak memiliki keturunan lagi, memutus hubungan dengan
kaumnya (yaitu Muhammad) dan menganggap dirinya lebih baik dari kami,
padahal kami adalah kaum yang senantiasa berhaji, berkhidmat menjaga
Ka’bah dan melayani serta memberi minum kepada jamaah haji? Kemudian
Ka’ab bin al-Asyraf menyatakan, “Kalian lebih mulia dibandingkan dia
(Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam).” Setelah pernyataan tersebut turunlah ayat
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
artinya, “Sesungguhnya orang yang membencimu dia lah orang yang terputus.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 2/295)
Terputus dalam artian terputus dari setiap kebaikan, amalan, sanjungan. Adapun Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjadi
manusia yang paling sempurna dan memiliki kedudukan di sisi seluruh
makhluk, berupa tingginya pujian kepadanya, banyaknya pembela dan
pengikutnya shallallaahu ‘alaihi wa sallam. (Tafsir as-Sa’di hal. 936)
Para pembaca yang semoga senantiasa dirahmati Allah subhaanahu wa ta’aalaa,
mudah-mudahan dengan kita mengetahui tafsir surat Al-Kautsar ini akan
menambah pengetahuan kita tentang Al-Qur`an sehingga menjadi pendorong
bagi kita untuk semakin dekat dengan Allah subhaanahu wa ta’aalaa, semakin takut akan adzab dan siksa-Nya.
Akhirnya sebagai penutup, kita memohon kehadirat Allah Yang Maha Agung,
Rabb Arsy yang mulia agar menganugerahkan kepada kita semua ketetapan
hati dan istiqamah dalam menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi
segala yang dilarang-Nya, Amin.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar